Kehidupan kuliah gue di semester ini adalah praktik, praktik, dan praktik. Salah satu praktiknya itu di komunitas. Praktik di komunitas ini menjamah individu, keluarga, hingga masyarakat.
Gue berkesempatan mengkaji suatu keluarga. Saat itu gue usai menensi sang Bapak, lalu gue ajak ngobrol dengan santai, padahal sekalian wawancara.
Gue: "Bapak kalau lagi stres biasanya ngapain biar stresnya ilang?"
Bapak: "Paling itu ngurusin burung, sama dilomba-lombain juga, Alhamdulillah menghasilkan" Sang Bapak menjawab sambil menunjuk kandang burung.
Gue: "Kalau untuk rokoknya Pak, saat Bapak stres atau ada masalah, jumlah rokok yang dikonsumsi nambah atau nggak?"
Bapak: "Nggak sih, emang udah ngebatesin 1 bungkus buat 2 hari. Jadi, gak nambah."
Di sini gue merasa Bapak ini keren aja bisa bener-bener membatasi rokok.
Gue: "Itu emang Bapak yang ngebuat batas untuk 1 bungkus 2 hari?"
Bapak: "Iya, ngeliat anak-anak juga"
Gue: "Motivasi Bapak untuk ngebatesin gitu apa Pak?"
Bapak: "Motivasinya anak-anak."
Gue: "Kalau dari ekonomi gimana, Pak?"
Bapak: "Iya, itu juga, nanti kan anak makin gede."
Gue: "Bapak ada rencana buat berhenti merokok gak?"
Bapak: "Ada sih"
Gue: "Kalau dalam waktu dekat ini, Bapak ada rencana buat ngurangin batasannya lagi gak?"
Bapak: "Ada sih, sebenernya mau berhenti tapi kan kalau berhenti total langsung gak bisa. Paling bisa ngurangin 2 batang lagi buat sekarang."
Gue: "Bagus tuh, Pak, pelan-pelan aja buat batasannya. Ngeliat anak juga kan nanti makin gede semakin butuh biaya."
Bapak: "Iya, paling dikurangin 2 batang."
Hal yang menarik buat gue adalah saat wawancara sebelumnya sang Ibu bilang Bapaknya kalau merokok itu tidak di dalam rumah, entah di luar atau di atas tempat jemuran. Saat gue validasi ke Bapaknya dengan tambahan apakah sang Bapak setelah merokok mengganti pakaian, jawaban Ibunya benar ditambah sang Bapak menjawab setelah merokok langsung ke luar rumah buat bekerja biasanya.
Poin yang bisa diubah di sini adalah niatan sang Bapak untuk berhenti merokok. Gue sadar, membuat orang benar-benar berhenti merokok adalah hal yang sulit dilakukan tanpa adanya niat dari perokok itu sendiri. Makanya, gue hampir gak pernah, kecuali dalam tugas kuliah nyuruh-nyuruh orang buat berhenti merokok. Gue yakin, para perokok itu sudah tahu bahaya rokok dan mereka memilih untuk tetap mengonsumsi.
Tapi, lain halnya dengan orang yang sudah menyampaikan ingin berhenti. Apalagi sudah ada realisasinya seperti hasil wawancara gue tersebut. Pada tahap ini, sebenernya perokok tersebut juga butuh support dan pengingat. Mungkin akan terasa agak mengesalkan juga, tapi di fase ini mereka butuh orang untuk membuat hatinya meragu. Hal yang perlu ditingkatkan lagi adalah pengingatan terhadap motivasi perokok untuk berhenti. Contohnya demi anak-anak dan keluarga. Maka hal itu bisa menjadi support dan kalimat pengingat agar rasa kesal sedikit banyak dapat diredam.
Menurut gue daripada tenaga kesehatan mengedukasi orang-orang yang tidak jelas niatnya untuk berhenti, lebih baik mensupport dan memfasilitasi orang-orang yang memang sudah memiliki niat untuk berhenti. Memang banyak anak muda yang memulai untuk merokok, namun ada pula perokok aktif yang berniat untuk berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar