Baik dan buruk adalah dua sisi yang semu
Kejahatan mungkin saja menjadi tidak jahat dan kebaikan mungkin saja tidak baik
Kejahatan mungkin saja menjadi tidak jahat jika ada sebuah kesepakatan
Kesepakatan meluruhkan hal-hal yang tidak boleh (tentang seksualitas)
Dari sudut pandang mana kamu ingin melihat. Jika dari sudut pandang agama, maka aku tidak ingin membahas di sini karena itu adalah hal yang salah. Tapi di luar itu, aku ingin melihatnya dari sudut pandang manusia biasa, manusia secara global. Bukan hanya melihat dari segi hukum di satu negara saja, tapi membandingkan beberapa negara. Di tempatku hidup, seksual yang dilakukan tanpa pernikahan adalah kesalahan. Namun, aku ingin melihat di luar konteks itu. Aku menganggapnya persetujuan. Hubungan yang dilakukan tanpa persetujuan, baik dalam status pernikahan atau bukan, itu adalah hal yang jahat. Tidak sehat untuk jiwa dan tubuh. Sebaliknya, hubungan yang dilakukan dengan persetujuan, baik dalam status pernikahan atau tidak, mungkin saja itu adalah hal yang tidak jahat. Jika mereka juga memikirkan, apakah hal yang mereka rasakan adalah perasaan yang tulus atau hasrat seksual belaka. Kalau dikatakan cinta tidak akan mencapai ke hubungan seksual, berarti pernikahan tidak akan menjadi ajang hubungan seksual. Buktinya adalah sebaliknya, karena pernikahan dilandaskan cinta maka terjadilah hubungan seksual. Hanya saja, masyarakat di beberapa negara melabeli itu adalah hal yang sah dalam lindungan status pernikahan dan itu adalah hal yang tidak sah tanpa adanya status tersebut.
Setiap manusia bertanggung jawab akan keputusannya (ttg kedewasaan, pilihan kriminalitas)
Mungkin setiap manusia itu jahat, tapi saat melakukan kejahatan ada penolakan dari jiwa. Bahwa hal itu tidak benar. Jika kamu tahu itu adalah sebuah kejahatan, bahkan saat jiwamu sudah melakukan penolakan dan kamu tetap memilih untuk melakukannya. Maka, kamu harus siap untuk bertanggung jawab atas pilihanmu, atas keputusanmu.
Jika harus melakukan hal yang merugikan maka jangan libatkan orang lain dan jangan membagi efeknya kepada orang lain (ttg rokok)
Guru etika di film ini memiliki 2 peran yang agak bertolak belaka atau mungkin bisa dibilang agak kontroversial untuk sebagian orang. Guru yang mengajar etika ini adalah seorang perokok. Tentunya agak mengganggu melihat statusnya sebagai guru. Ya, walaupun guru-guru di sekolah menengahku dulu juga ada yang perokok dan biasanya mereka ngerokok di belakang sekolah. Sama kaya guru etika di film ini, dia adalah seorang perokok. Di luar jam pelajarannya, dia merokok di ruang smoking room. Beberapa guru lainnya tidak suka dan beberapa murid juga tidak suka. Gimana mungkin seorang guru etika merokok? Tapi, aku menyukai jawabannya, bahwa dia sudah merokok di smoking room dan tidak mengganggu aktivitas lainnya. Dia juga langsung matiin rokoknya kalau ada muridnya yang nyamperin dia ke smoking room.
Aku udah cukup lama mikirin ini dan sebenernya udah jadi sebagian prinsipku, bahwa: hak kalian untuk merokok dan hak aku juga untuk bernapas bebas. Silakan jika para perokok mau merokok, tapi jangan membagi asapnya ke orang lain. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan dan biarkan aku melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup menghargai ini.
Fisikmu adalah milikmu, pikiranmu juga milikmu (ttg pemaksaan orang lain)
Apa yang kamu paling miliki adalah dirimu, baik fisik dan pikiran. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Dengarkan suara hatimu dan ikuti. Perlakuan sesuai keinginan orang lain hanya meninggalkan beban di setiap harinya. Dirimu adalah milikmu.
Hiduplah untuk dirimu sendiri (ttg bergantung pd harapan orang lain)
Jika kamu menggantungkan harapan pada orang lain, maka hanya kekecewaan yang tersisa jika harapanmu tidak tercapai dan orang lain belum tentu bersedia mengabulkan harapanmu. Maka, berjuanglah untuk dirimu sendiri dan berharaplah untuk dirimu sendiri.
---
Filosofi, cinta kedamaian. Damai yang dimaksud di film ini, sama dengan hal yang aku pikirkan. Bahwa kita tidak bisa menghakimi seseorang, meskipun itu adalah hal yang buruk tapi jika muncul tulus dari hati maka mungkin saja itu hal yang baik. Jika seluruh pihak sepakat. Lihatlah hal dari berbagai sisi. Setiap manusia itu bebas, tapi kebebasan juga memiliki batas supaya tidak menyakiti manusia itu sendiri. Pikirkan dan rasakan, selayaknya manusia yang memiliki logika dan rasa.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar