Kamis, 04 Juli 2024

Absurd.

Ya Tuhan...
Buatlah hatiku ikhlas
Sebenar-benarnya keikhlasan
Tulus dari dalam hati, tanpa iri dan dengki

Saat ini mungkin aku bisa memaafkan
Tetapi sulit untuk kembali seperti dulu lagi
Luluhkan dan lunakan hatiku kembali ya Tuhanku

Agar tidak menyakiti orang lain
Agar tidak membingungkan orang sekitar

Sejauh ini, aku pun baru tahu bahwa aku bisa jadi sediam ini
Seakan enggan untuk hadir seperti sedia kala
Hati resah dan mulut pun terkatup rapat
Ingin mencari tempat bermain baru di luar
--untuk sekadar rehat dan termenung dari hiruk pikuk kehidupan dan rutinitas yang melelahkan
--atau sesekali bicara dan bercanda

Biarkan aku mengenal dan mendapatkan tempat baru ya Tuhanku
Karena aku butuh
Lalu, luluhkan hatiku agar sesekali aku tetap bisa berkunjung ke tempat lama
Supaya tidak ada yang bingung

Senin, 17 Juni 2024

Hitam & Putih

Aku melihat jari-jemari
--yang menyentuh bidak dengan lembut
Seolah catur itu teman

Aku melihat jari-jemari
--yang menekan jam secara perlahan
Menghentikan waktu dan pemikiran

Pemandangan permainan yang tak akan kulupakan
Pembuka malam itu seperti salam selamat datang
Di atas kotak-kotak dua warna hitam dan putih
Berbagai bidak menari sesuai keinginan jarinya

31 Mei 2024

Jumat, 14 Juni 2024

Semakin nampak yang dipilih,
jika harus memilih salah satu,
antara aku atau hal lainnya,
tentu saja hal lainnya

Minggu, 26 Mei 2024

Hanya Ada Satu Waktu

Yang sering terlupakan bahwa,
Tidak ada pengganti waktu
Karena tidak bisa kembali ke masa lalu
Walau hanya satu detik

Dan yang paling dilupa,
Waktu kita terbatas
Sudah kuberikan upaya terbaikku
Jika tidak digunakan, tidak ada pengganti waktu

Rabu, 10 April 2024

Banyak pikiran berkecamuk, sejak terbangun dari tidur siangku. Napasku sesak, pikiranku banyak. Seakan tidak ada ruang kosong di kepalaku. Aku resah. Hingga aku ke luar, berkendara dan menghirup dalam-dalam udara jalanan. Udara sore hari dan udara malam hari usai hujan reda. Dingin tapi juga menyegarkan. Menyegarkan paru-paruku. Namun, dinginnya menusuk-nusuk kulitku. Aku memejamkan mataku, sesekali meneteskan air mata. 

Saat langit mulai gelap dan hujan perlahan turun, aku memutarbalikan arah kendaraanku. Aku menuju pusat perbelanjaan yang tadinya tidak ada di tujuan berkelana. Sudah dua kali aku berjalan ke pusat perbelanjaan sendiri belakangan ini, bukan hal yang ingin aku lakukan. Sepi sekali rasanya berjalan sendiri. Sering harap itu muncul, harapan untuk ditemani. Tapi tidak kuutarakan dengan jelas, hanya tersirat. 

Aku menikmati perjalanan sore dan malam ini, berkendara ke sana ke mari, berjalan ke sana ke sini
Menyelami diri hingga berakhir pada satu titik ikhlas dan pasrah
Ketika kaki kananku melangkah memasuki rumahmu di waktu Maghrib
"Assalamualaikum, ya Tuhanku, izinkan aku mengadu kepadamu," ucapku dalam hati. Tidak biasanya aku langsung berdialog ketika memasuki rumah ibadah. Biasanya aku mulai berdialog setelah melakukan ritual syukur. Dialog dalam bentuk doa di akhir salat. Dan salat bagiku adalah sarana bersyukur, lebih dari kewajiban dan ibadah untuk mencari pahala. Aku bersyukur bahwa aku masih diberikan banyak kenikmatan hingga detik di mana aku masih bisa melaksanakan salat tersebut. 

Usai mengadu kepada Tuhanku, aku berjalan ke supermarket. Saat mengantre pembayaran, Tuhanku tiba-tiba memberikan keikhlasan padaku. Aku langsung bisa memberikan apa yang diminta. Usai keteguhan pendirianku untuk tidak memberikan apa yang diminta sebelumnya. Pada akhirnya aku ikhlas dan berpasrah, "bahwa itu bukanlah rezeki dan bukanlah hakku. Jadi, mengapa aku harus menahannya?" Kurang lebih pikiran itu terlintas bersamaan dengan keikhlasan hati. "Apa yang aku lakukan dengan harapan untuk kebaikannya di masa depan, tetapi itu hanya menurutku dan apa hakku atas uang itu? Pemiliknya lebih berhak." Maka, aku serahkan sebagian, karena sebagiannya lagi harusku pindahkan dulu dari bank satu ke lainnya melalui ATM, baru ke dompet digital. Usai pembayaran di kasir, niatnya ingin aku kirimkan sisanya. Namun, takdir berkata lain. Uangnya kembali padaku.

Selesai bayar, aku ke luar dan hingga pukul 22, aku masih berkendara sambil mendengarkan lagu. Menyusuri jalanan malam, Bintaro, Tanah Kusir, Gandaria, Blok M, Melawai, Senopati, Pasar Santa. Mataku lebih menangkap suasananya, ada kedai ini di sini, ada kedai itu di situ, dan sebagainya. Entah karena keheningan atau karena aku sedang menyelami diri menikmati kondisi malam. Semakin malam, jalanan semakin sepi. Kondisinya juga sedang hari raya. Sesekali aku melihat spion, khawatir dibuntuti. Ada juga pikiran takut ditabrak orang yang lagi tinggi saat melintasi Senoparty, namun kembali teringat bahwa hari ini masih hari raya. Ada juga kekhawatiran takut dihipnotis saat berjalan di mall sendirian, karena dulu pernah baca utas tentang hipnotis di G*ncy saat seseorang sedang berjalan sendiri. Pada akhirnya, semua itu hanyalah kekhawatiranku dan aku tetap berjalan sendiri. Sepertinya aku harus terbiasa sendiri. 

Apa yang aku lakukan memanglah tidak baik dan menyakitkan. Namun, apa yang aku berikan penuh dengan harapan dan pemikiran untuk membuatmu menjadi lebih baik di masa depan. Jika memang apa yang aku berikan tidak berarti baik bagimu, maka, aku tidak akan memaksamu untuk menerima permintaan-permintaan dan pemberian-pemberianku. Cukup bagiku berusaha, tetapi tidak baik jika aku memaksa. 


Kamu di masa depan mungkin juga akan membenciku. 
Mengejar hujan di jalan.

Senin, 01 April 2024

Minggu, 31 Maret 2024

Menikmati Waktu, Masa, dan Temu

Jika tidak ada perpisahan yang menyenangkan 
Paling tidak aku memberikan perpisahan yang menenangkan
Tidak dengan tangisan

Kita tentu tahu bahwa hubungan memiliki batas waktu 
Entah berakhir dalam keadaan hidup atau mati
Entah manusia yang memutuskan atau Tuhan yang memutuskan

Kita tentu tahu bahwa kita memiliki batas waktu 
Sedari awal sudah tahu
Hanya saja dikubur dalam-dalam hingga lupa dengan itu
Agar bisa selalu menikmati waktu, masa, dan temu

Setiap temu jadi membahagiakan dan menyegarkan
Memang, tidak ada perpisahan yang menyenangkan
Tetapi, paling tidak kita berpisah dengan tenang
Keresahan dalam kubangan dosa perlahan menghilang

Temukan cinta yang baru
Yang akan merawatmu
Merawat cintamu
Karena orangnya bukan aku

Ikhlaskan kita
Waktu dan masa kita
Temu dan tawa kita
Cinta kita

Perlahan kita akan usai

Minggu, 17 Maret 2024

Tidak Ada Waktu Yang Sama

Tidak semua kata bisa diucapkan
Ada juga yang pada akhirnya ditelan
Tidak semua tunggu bermakna temu
Ada juga pergi di akhir waktu

Besok-besok...
Sudah beda suasana, sudah beda rasa
Sudah tidak ingin membicarakan hal yang sama
Mungkin tidak hari ini, tapi juga tidak akan ada hari esok

Pada akhirnya topik pembicaraan hanya untuk ditelan saja

Selasa, 27 Februari 2024

Jika kehadiranku meresahkanmu, aku akan diam dan menjauh. Cukup bagiku kabarmu: kesehatanmu, keamananmu, dan keberadaanmu. Tidak perlu kamu tahu bagaimana aku, karena hadirku pun tidak membuatmu bahagia. Usahaku melanjutkan topik pembicaraan pun sia-sia. 

Recharge

Sepulang bekerja di sore hari, saat melihat senja di perjalanan pulang, yang aku harapkan adalah bertemu dan bercengkrama sejenak dengan orang terkasih atau mungkin sekedar berjalan-jalan di mal sendirian sebelum aku menuju rumah. Energiku habis usai bekerja dan bisa terisi dengan orang terkasih atau sekadar melakukan me time, seperti me-recharge

Senin, 26 Februari 2024

Siapa Aku?

aku yang terduduk sendiri
mengharap ada sesuatu hari ini 
atau tidak?
karena sudah pasrah 

ada pikiranku yang melayang 
segitu emosionalnya aku saat mengkhawatirkanmu
tapi sepertinya tidak denganmu
kabarku tidak lagi penting untukmu,
--atau memang selama ini tidak pernah penting?

Rabu, 31 Januari 2024

Jari-Jemari

Jemarimu menggodaku
untuk kusentuh 
Kamu hadir lagi dan lagi
menemaniku

Masuk ke kehidupanku,
sudah siapkah kamu untuk patah hati?
Lagi dan lagi

Jumat, 26 Januari 2024

Diusir

Diusir
dan terus diusir
Walau diberi kata lembut
dibalas dengan kasar

Bicara saja apa adanya 
jika memang tidak ingin

Kamis, 18 Januari 2024

kepalaku sakit.
gak kepikiran makan. 
cuma ada nangis doang. 
walaupun udah dipersiapin untuk ikhlas, ternyata ikhlas tidak semudah itu. 
tetap ada air mata bercucuran, tetap ada pikiran pusing karena gantung. 
ikhlas terhadap penolakan, tetapi tidak ikhlas karena kekangan. 
kalau saja penolakan itu karena perilaku individu tersebut, pastilah aku lebih menerima. 
namun nyatanya penolakan itu karena belenggu yang sudah lama aku hindari, kekangan yang sudah lama aku jauhi, hal yang tidak pernah ingin aku bahas karena kepalaku sudah penuh dengan doktrin yang tidak pernah lepas dan selalu membekas. aku sulit menikah karena tidak ada kecocokan antara inginku dan inginnya ibuku.
astaghfirullah 
astaghfirullah 
astaghfirullah 
mentok.