Jumat, 29 Juli 2016

Hope

"Enak kali ya kalau udah gede nanti kita tetanggaan atau tinggal bareng"
"Iya, kita hang out bareng kapanpun"
"Kalo ditanya ortu juga selo, tinggal bilang sama lo lo pada"
"Nanti kalau udah gede bikin rumah samping-sampingan yuk"
"Terus nanti kalau kita udah nikah terus punya anak, anak kita suruh main bareng deh.."
Berbagai percakapan masa lalu ter-replay diotak Rifa. Obrolan tentang keinginan sahabat-sahabatnya dan dia. Keinginan untuk tetap menjalin kebersamaan. Tapi, itu semua hanya obrolan masa lalu.

Saat ini, jangankan untuk mengobrol seperti itu. Untuk Rifa bertemu saja sulit. Padahal rumah juga tidak terlampau jauh, ya walaupun masih masuk dalam kategori lumayan jauh untuk 2 dari 5 sahabatnya. Makanya, saat ada ajakan untuk ngumpul bareng, Rifa langsung semangat.

Pertemuan pertama
Conversation Geby, Rifa, Tari
"Kumpul yuk tanggal 5 sekalian ngerayain ultahnya si Ika" ajak Geby dalam sebuah conversation line sahabatnya itu mengajak ngumpul.
"Yok" Rifa langsung mengiyakan.
"Yahh.. Aku gak bisa, maaf ya" sahut Tari
"Yahh.."
"Yaudah gue bilang Ika ya, biar dia bisa libur tanggal 5" Rifa langsung menchat Ika

Rifa menchat Ika
"Kaa, tanggal 5 libur dong, mau ngumpul nih"
"Yaah.. gatau nih bisa libur apa ngga"
"Request dong libur hehe"
"Emang mau ada apasih?"
"Yaa mau ngumpul ajaa"
"Bsk gue kabarin lagi ya"

Besoknya Rifa menchat Ika lagi
"Kaa, gimana?"
"Belum tau nih"
"Yah.."
"Emang harus banget?"
Asli rasanya jadi kesel baca pertanyaan dari Ika
"Yaa gak harus sih, kalau mau aja hehe" Rifa hanya membalas seadanya, memang pertemuan ini tidak harus, mereka bebas memilih. Tapi, apa mereka tidak ingin bertemu?
"Aku gak bisa nih"

Rifa menchat Geby
*Screenshot chat Rifa dengan Ika*
"Apa cuma kita yang pengen ketemu? Apa cuma kita yang berusaha buat ketemu? :(" curhat Rifa karena hopeless dengan sahabat-sahabatnya
"Yaa.. sepertinya cuma kitaa" jawaban Geby sama menyedihkannya

Pertemuan pertama gagal.

Pertemuan kedua
Geby menchat Rifa
*mengirim screenshot chatnya dengan Tari yang isinya Tari libur di hari Selasa, Kamis, dan Sabtu*
"Sabtu yuk, mumpung Tarinya mau tuh diajak ketemu" ajak Geby
"Yuk" Rifa langsung mengiyakan

Rifa mengecek jadwal kerjanya, ternyata hari Sabtu dia masuk pagi, jam 2 baru pulang. Tapi, kayanya tetep bisa buat ketemu sepulang dia kerja.

Sabtunya, Rifa pulang jam 2. Dari tempat kantor langsung caw ke rumah cepat-cepat, tanpa nongkrong-nongkrong cantik. Karena biasanya Rifa selesai kerja lama ngaso-ngasonya baru balik. Jam 2.30 siang, Rifa sudah sampai di rumah. Ia membuka linenya.

Geby menchat Rifa
"Tari lagi jalan sama bokapnya, tunggu dia balik dulu"
"Ok" akhirnya Rifa menunggu sambil main game pokemon go.

Jam 5 sore, Geby menchat Rifa lagi
"Tari baru sampe rumah, tapi udah kesorean.. Kapan-kapan aja kali ya?"
Asli dongkol juga bacanya
"Bebas" cuma itu yang bisa Rifa ketik
"Selasa besok aja deh"
"Ok"

Pertemuan kedua gagal.

Pertemuan ketiga
Geby menchat Rifa
"Besok aku ke rumahmu yaa"
"Paling wacana lagi" Rifa sudah lelah 2 kali tidak jadi.
"Beneran koook besok"
"Ok"

Rifa baru sadar kalau besok dia jadwal masuk kerja. Dia mengecek dan "mampus gue, besok jaga seharian lagi". Akhirnya ia menchat atasannya
"Mbaak, besok saya boleh jaga sampe jam 2 aja gak? Dadakan mau pergi nih.."
"Sebentar ya Rif, saya tanyain ke yang lainnya dulu"
"Iya mbak.."
"Iya bisa"
"Alhamdulillah, tapi boleh kan ya mbak?"
"Iya, tapi masuknya jadi jam 8 ya.."
"Iya mbak, terima kasih ya mbak" izin sudah dapat.

Besoknya
Rifa pulang jam 2 setelah rekapitulasi uang masuk hari ini. Tidak biasanya ia pulang siang-siang begini, biasanya ia akan memaksa hingga sore jika ia tidak ada agenda lain.

Sampai rumah, Rifa menchat Geby
"Gue udah di rumah nih"
"Ok, gue masih nungguin cowok gue nih lagi ngurusin motornya" jawab Geby
"Ok"
Rifa akhirnya mematikan handphonenya karena sudah lowbatt juga dan ia membaca novel untuk menghilangkan kantuknya sambil menunggu sahabatnya.

3 jam kemudian Rifa menyalakan hpnya lagi
"Rifaaaaa, cowokku baru selesai ngurusin motornyaa, udah kesoreaaan. Aku kesananya besok-besok aja yaaaa, boleh gaak? :("
HAHA kecewa juga sih bacanya. Tapi Rifa cuma bisa bales "Boleeh"
"Aku kira cepet ngurusin motornya, aku ampe ketiduran jugaa"
"wkwkwkwk" Rifa sudah tidak ingin membalas apa-apa lagi dan sudah tidak punya kata-kata.
Ia pun menangis.

Pertemuan ketiga gagal.

Meluangkan waktu sudah bukan hal yang mudah untuknya saat ini. Jika boleh jujur, waktunya sudah punya jadwal-jadwalnya sendiri. Tidak seperti dulu. Namun, ia tetap memaksa meluangkan waktu, untuk sahabatnya. Dan, menunggu bukan hal yang menyenangkan. Namun, yang didapat selalu kata "tidak jadi". Lebih baik tidak usah membuat pertemuan, kalaupun tidak sempat bertemu karena keinginan, biarkan semesta yang mempertemukan kita lagi secara tidak sengaja. Harapan terkadang memang tidak selalu jadi kenyataan.

Sia-sia

Pengaharapan hanya dalam angan-angan
Omongan hanyalah kata penyejuk hati
Masa depannya tidak ada yang jelas
Apakah akan menjadi realita atau maya

Satu kali aku percaya
Kuberikan pengorbanan
Dua kali aku masih percaya
Kupercepat perjalanan
Tiga kali aku setengah tidak percaya
Tetap aku berikan pengorbanan

Nyatanya semuanya hanya berakhir kosong
Tidak ada yang jadi

Aku tidak suka mengungkit pengorbanan
Tapi, lebih baik tidak usah dijadwalkan sekalian

Air mata sudah meleleh
Sepertinya saya sudah lelah

Kalimat-kalimat masa remaja
Sepertinya itu hanya kalimat bocah untuk kalian

Aku menunggu
Disaat kantuk
Aku memaksa terjaga
Disaat badanku sudah lelah
Aku tetap menunggu
Sesuatu yang tidak datang

Apakah tidak terlihat hal yang saya korbankan?
Untuk kalian.


Rabu, 20 Juli 2016

Tempat Mencari

Setiap orang memiliki tempatnya sendiri, tempat aku berharap kehadirannya. Seperti dia yang mengisi inbox twitterku, atau dia yang mengisi message facebookku, atau dia yang mengisi hatiku dalam percakapan di line, atau orang tuaku yang mengisi SMS di handphoneku.

Dalam sebuah notifikasi di sebuah sosial media, hanya orang-orang dengan kekhasan kehadirannyalah yang aku harapkan. Seperti halnya terdapat notifikasi dalam message facebook, yang aku harapkan itu dari dia, bukan kamu. Seperti halnya terdapat notifikasi di dalam message twitter, yang aku harapkan itu dia, bukan yang lain. Seperti halnya aku menunggu notifikasi chat line, yang aku harapkan itu dari kamu, bukan broadcastan. Seperti halnya aku membuka-tutup pesan masuk di handphone, yang aku harapkan adalah SMS dari orang tuaku, bukan yang lain.

Setiap tempat punya kekhususan tersendiri untuk siapa. Buat aku itu yang menjadikannya kekhasan, milik siapa tempat ini. Yang membuat orang--diriku--mengetahui siapa pemilik notifikasi tersebut.

Ketika pemilik notifikasi berbeda, akan timbul kekecewaan karena realita yang ada tidak sama dengan harapan.

Ini hanya tulisan,
jangan diambil pusing,
belum tentu benar,
belum tentu salah.

Seni itu abstrak.

Nur Kholifah






Senin, 04 Juli 2016

Memori Incest

Sudah ada yang baru,
Dugaanku
Aku hanya serpihan kertas masa lalu,
Yang kusut dan kaku

Memori ini terus bermain
Dalam pikiran bawah sadar
Memori ini terus bermain
Juga dalam pikiran atas sadar

Sebuah incest

Air mataku sudah beku
Seperti balok-balok es batu
Tetapi tetap, ingin keluar air mataku
Karena menahan rindu
Yang sudah lama kusapu

Kita bertemu lagi
Pada satu titik temu yang sama
Kutempati lagi ruang yang sama
Seperti dahulu kala
Saat bulan sedang berada di atas kepala

Aku rindu
Tapi aku tidak boleh rindu
Butuh kewarasan salah satu
Tapi aku ingin menyampaikan rinduku

Bekasi, July 4, 2016

Unknown

Masih ada,
Rasa itu, 
Masih ada, 
Disaat ini 

Memori waktu itu,
Semua hal disini, 
Mengingatkanku, 
Tentang kejadian yang terjadi

Hati ini, 
Masih terasa, 
Seperti dahulu kala,
Seperti rasa yang pernah ada

Tubuh itu, 
Tetap begitu, 
Raga ini,
Tetap begini 

Apakah kamu masih merasakan hal ini? 

Aku seperti merasa dalam perhatianmu,
Dalam kalimat yang engkau ucapkan dengan lembut,
Yang menggelitik,
Telinga dan hatiku