Minggu, 29 Maret 2015

genap 6 bulan.

Hari ini genap 6 bulan. Alhamdulillah, gak terasa udah setengah tahun aja merajut hubungan. (Bahasanya merajut-_-). Aku bersyukur, sebelumnya aku gak pernah bisa pacaran sampai lama. Dimulai dari awal yang sama sekali nggak diduga-duga, dari konflik sama siapa, jadinya sama kamu. 6 bulan yang penuh sama masalah, penuh sama kebahagiaan, penuh sama kebaperan, penuh sama keluh-kesahku, penuh sama nasihat-nasihat kamu. Makasih udah ngebimbing aku, ngerubah aku jadi lebih baik. Makasih udah mau dengerin cerita-cerita aku dari yang penting sampai gak penting. Aku juga selalu seneng disaat kamu ngebagi cerita di hari-harimu ke aku. Makasih udah percaya sama aku. Selamat tanggal 29, Ky.

Kamis, 26 Maret 2015

Syukur.

Kamis siang jam 12.20an sekolah gue udah pulang. Dan kaya biasanya, gue pulang naik metromini 69. Turun di daerah Velbak, dari Velbak jalan ke rumah. Hari ini gue lagi susah banget jalannya, gara-gara gue make rok span panjang, tanpa sobekan di belakang. Kenapa gue make rok span? Rok gue yang biasanya basah kena banjir kemarin. Jakarta jakarta, hujan bentar banjir lama. Oke balik ke topik, gue jalan sambil ngangkat rok selutut biar agak gampang jalannya. Gue ngelewatin jalan yang biasa gue lewatin, depan apartement Pakubuwono. Waktu gue lagi jalan, di belakang gue ada cowok random beransel jalan di belakang gue. Terus lama-lama karena gue merasa gue jalan udah kaya putri solo, gue meraasa gak enak dan gue agak minggir, maksudnya biar tuh cowok jalan duluan daripada di belakang gue nanti lo keburu ubanan baru sampe. Terus dia ngerti kode gue buat jalan duluan. Pas dia di samping gue dia bilang "tasnya kebuka". Gue langsung panik! Gimana nggak? HP gue lagi di paling atas coy! Pas gue puter tas gue, itu HP udah keliatan daritadi kali. Alhamdulillah gak ada yang berniat ngambil. Bersyukur banget gue. Dan gue sangat-sangat berterima kasih buat orang yang jalan di belakang gue tadi. Siapapun lo, semoga Allah SWT membalas kebaikan lo. :)

Senin, 23 Maret 2015

Is it back?

Apa mungkin hal yang udah tertutup terbuka lagi?
Apa mungkin sesuatu yang udah musnah tercipta lagi?
Apa mungkin hal yang hilang itu tidak benar-benar hilang?
Apa mungkin sesuatu yang lama menjadi baru lagi?

APA MUNGKIN SEBUAH OBROLAN MENGEMBALIKAN SEGALANYA?

Gue udah bener-bener gak ngerti. Apa 5 bulan hanya merubah dikala 5 bulan itu? Atau hanya karena faktor miss communication? Atau selama 5 bulan masih ada lo jauh, jauh, jauh, jauh, jauh, jauh di dalam hati? Atau karena doa yang pernah terucap dimasa lalu? Apakah pengabulannya sekarang? Too much questions without answers.

Gue pengen tau semua jawaban dari semua ini.

Jumat, 13 Maret 2015

Vulner Hunter

Tarian jari menjadi awal
Pertukaran pribadi menjadi jalan
Papan ketik menjadi saksi
Layar biru yang selalu menemani

Mengenal dengan santai
Mencari disetiap senja
Mengetik setiap rasa
Bercerita tentang asa
Mengingatkanku akan kewajiban
Dan mengajariku tentang ilmu

Spontan, pemberitahuan mengagetkanku
Gambar fikiran berwarna merah
Keheningan datang seketika
Engkau pamit untuk pergi

Hilang sudah sosok dirimu
Pesan singkat akhir pertemanan
Seakan ada jarum menusuk rasa
Seakan ada rindu yang menyeruak

Tahukah kau?
Ada sesuatu yang hilang
Walau berjarak dan maya
Berwarna abu-abu dan pink
Aku tetap mengingatmu

Vulnerable Hunter x Hunter - NHK

Rabu, 04 Maret 2015

Tipu Muslihat

Terus berjalan
Terus melangkah
Terus maju
Terus ke depan

Tapi, pertahanan seakan rapuh
Perasaan seakan memudar
Perkataan seakan dusta
Perlakuan seakan muna

Mungkinkah?
Aku mulai jenuh?
Aku mulai bosan?
Aku mulai menjauh?
Aku mulai lelah?

Mengagumi seseorang dalam ketidakpastian
Hal yang nyata menjadi terbelaka
Realita mulai hilang dari rasa
Maya selalu menjadi perhatian

Ujianku adalah menjaga rasa
Sesuatu yang telah dipercaya
Kamu yang selalu paham
Kamu yang paling mengerti

Harapanku adalah menjalani ujianku
Menjaga rasa yang telah dipercaya
Memandang lurus ke depan
Membatasi penglihatan ke kanan dan ke kiri

Memejamkan mata
Menutup telinga
Membungkam mulut
Menahan nafas
Merasakan hati, untukmu

Senin, 02 Maret 2015

Sepotong Cinta di Rumah Sakit

Malam tahun baru kali ini terasa berbeda bagiku. Bagaimana tidak? Mamaku harus dioperasi, dan mulai diopname pada tanggal 31 Desember 2012. Aku harus membatalkan semua rencana malam tahun baruku bersama teman-teman. Bukan hal yang memberatkan memang, karena aku ikhlas membatalkannya demi merawat mama. 

Day 1
Aku mulai membalas ajakan-ajakan teman-temanku di bbm. "Rik, darahnya sudah mau habis, tolong ambilin lagi di lab!" Akupun langsung menaruh hpku di meja kecil sebelah tempat tidur mama. Ini kantung darah kedua yang aku ambil untuk transfusi. Kebetulan ketika di cek hb darah mama sangat rendah, sedangkan untuk operasi hb minimal harus 10, jadi harus ditransfusi dulu sekitar 3-4 kantung darah bergolongan sama.

Disiang hari, papa sudah sibuk mengurus permintaan darah ke pmi, karena ternyata stock darah golongan AB di lab rumah sakit ini tinggal 1 kantung. Jadi papa harus mencari ke pmi. Setelah urusan-urusan tersebut selesai, papa pulang dengan adikku. Tinggalah aku disini untuk merawat mama. 

Sampai depan lab, aku menaruh kertas permintaan kantung darah yang diberikan suster di dalam sebuah keranjang kecil depan kaca. Aku duduk di tempat tunggu sebelah lab. "Ibu Ros?" "Iya," nama ibuku dipanggil dari lab, aku pun berdiri dan mengambil darah yang diberikan.

Dalam perjalananku kembali dari lab menuju ruangan mama. Entah mengapa rasa random tiba-tiba menghampiriku. Aku kangen seseorang yang ingin aku lupakan. Seseorang dari masa lalu. Dan entah mengapa aku butuh teman mengobrol disini.

Darah yang kubawa pun aku berikan kepada suster yang bertugas petang ini untuk diurus. Aku masuk ke ruangan mama dan duduk disamping mama, "darahnya udah aku ambil ma, udah aku kasih ke susternya."

Tidak lama, setelah aku memberikan kantung darahnya ke suster, darah di kantung darah yang sedang ditransfusikan ke mama sudah benar-benar habis. Suster pun menggantinya dengan yang baru, aku memperhatikan suster mengganti kantung darah mama. Entah, aku memiliki ketertarikan sendiri dengan rumah sakit. Ketika banyak orang yang mengatakan rumah sakit itu seram dan sebagainya aku malah tidak pernah berfikir begitu. Aku ingin bekerja di rumah sakit, aku ingin jadi dokter. "Hb mama kamu sudah lumayan naik, nanti kalau darahnya sudah habis kamu bilang ya ke saya." "Iya kak, terima kasih kakak suster," aku tersadar dari lamunanku dan membalas ucapan suster. Suster bernama Riani itu pun membalas senyumku lalu keluar, ketempat jaganya. Sepertinya malam ini suster tersebut yang berjaga. 

Day 2
Pukul 00:00. Aku masih terjaga, aku mengambil ponselku dan melihat recent updates bbm, tulisan "Happy New Year 2013" memenuhi recent updates. Akupun juga mengganti personal message bbm ku menjadi "happy new year 2013". Lalu aku izin keluar sebentar karena ingin melihat kembang api pergantian tahun diluar sebentar.

Mama mengizinkan dan aku pun berjalan keluar rumah sakit. Aku tetap di sekitar rumah sakit, di halaman depan rumah sakit lebih tepatnya. Bunga api mencuat menuju langit, meledak menjadi serpihan berwarna-warni. Mataku berbinar-binar melihatnya. Iya, aku memang penyuka kembang api, penyuka malam hari dan pembenci hujan. "Selamat pagi, Jakarta. Selamat datang 2015." Aku membalik badan dan brakk! Aku tidak tahu kalau ada orang di belakangku. "Aduhh.." aku mengusap-usap badanku yang mencium aspal depan rumah sakit. "Maaf maaf, ada yang luka?" seorang perawat laki-laki ternyata, dia menanyakan keadaanku. "Gak ada kok." Dia pun berdiri dan mendirikan aku. Refleks aku mendongakan kepalaku dan melihatnya. Bola mataku dan bola matanya bertemu untuk seper sekian menit. Mataku menjelajah matanya, seolah ada sesuatu yang terlihat familier. "Ehm.." aku tersadar kalau tangannya masih memegang kedua lenganku saat membantuku berdiri. "Makasih ya kak," aku tersenyum dan kembali menuju kamar mama.

Pukul 06:00. Aku bangun, untuk apalagi kalau bukan untuk mengurus mama? Mama sudah terjaga ternyata. Aku lekas bangun dan menuju kamar mandi. Kamar mandinya berada di luar kamar, di depannya lebih tepatnya. Kamar ini sendiri terdiri dari 6 tempat tidur yang tersusun tiga-tiga. Setiap tempat tidur bisa ditutup dengam gordyn. Tapi saat ini karena kamar ini hanya di isi oleh mama jadi tidak ditutup. Terdapat 2 pintu di kamar ini. Yang satu mengarah ke balkon atau koridor yang menghap ke ruang rawat inap penyakit jantung dan yang satunya lagi menghadap kamar mandi yang diselingi dengan jalan menuju kamar-kamar lain.

Aku keluar dari ruangan mama dan melihat meja perawat. Langkahku terhenti. Seseorang di meja perawat tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan canggung, lalu aku melanjutkan langkahku menuju kamar mandi. Selesai mandi, entah kenapa seperti ada yang memaksaku untuk menengokan kepala untuk melihat meka perawat, bola mataku ingin melihatmu lagi. Aku pun menengok, dan meja perawat tersebut kosong. Sedikit pupus.

Aku masuk ke ruang rawat mama. Mama sedang diperiksa oleh dokter. Hari ini, mama akan dioperasi. Nanti, jam 12 siang lebih tepatnya. Aku melihat mama diperiksa.

Pukul 12:00. Aku berdoa untuk keselamatan mama hingga selesai operasi, aku berdoa agar Tuhan YME memberikan yang terbaik. Setelah sekitar 2jaman aku, papa, dan adikku menunggu. Akhirnya selesai juga operasi mama dengan selamat, Alhamdulillah.
Aku bersama papa dan adik kembali ke ruangan rawat inap mama.

Pukul 15:00. Papa paling tidak betah berlama-lama di rumah sakit, akhirnya papa dan adikku pun pulang dengan membawa beberapa kresek pakaian kotor untuk dicuci.

Hari mulai malam, adzan maghrib mulai berkumandang. Aku keluar menuju mushalla. Betapa kagetnya aku, kamu ada di dalam mushalla juga. Setelah shalat, kamu datang menemuiku. Mengajak kenalan dan mengobrol. Yudi, kau bilang namamu itu. Aku mulai mengenalmu. Kita mulai berbicara banyak. Entah kenapa, aku langsung nyambung mengibrol denganmu. Kamu mengeluarkan jokes-jokes yang tidak membuat obrolan jadi "krik".

Aku kembali ke ruangan mama dengan tersenyum. Entah, kalau aku melihat pipiku sendiri dikaca mungkin sudah berwarna merah. Aku menyuapi mama makanan yang sudah diberikan rumah sakit. Setelah mama selesai makan, tidak lupa aku membantu mama untuk meminum obatnya. Beberapa selang infus agak mengganggu. Sekarang, infus mama sudah bukan darah lagi melainkan sudah beruba cairan bening seperti air putih. Setelah minum obat, aku menidurkan mama lagi.

"Kluruk kluruk" perutku bermain drumband. Tanpa aku sadari ternyata aku belum makan dari pagi. Mama mendengar suara perutku dan menyuruhku untuk makan. Aku pun izin keluar untuk membeli makan. Aku memencet tombol lift dan menunggunya hingga terbuka. "Kamu mau nyari makan ya?" tiba-tiba Yudi di belakangku. "Iya nih kak," aku memanggilnya kak karena ternyata dia adalah mahasiswa yang sedang Praktik Kerja Lapangan atau biasa disebut dengan PKL. "Bareng aja yuk? Biar ga bete makan sendiri." "Boleh." Lift pun terbukadan kita berdua masuk. Klik... Tanganku dan tangannya memencet tombol lantai Ground bersamaan. Darahku terasa tak karuan. Jantungku seperti sedang dipacu. Aku cepat-cepat menarik tanganku. "Maaf."

Kita memilih makanan yang sudah mainstream, nasi goreng. Setelah sekitar 5 menitan menunggu. Makanan pun datang dan aku menyantapnya seperti anak ayam yang tidak diberi makan setahun. "Hahahaha" loh kok kamu malah tertawa? "Pelan-pelan dong makannya," ucapmu sambil meneruskan tawamu. Aku menjawab seadanya dan meneruskan ritual makanku.

Day 3
Aku terbangun, dan seperti biasa, aku pergi mandi. Aku menengok ke meja perawat, kamu tidak ada. Sepertinya hari ini bukan shiftmu. Seharian aku bosan.

Day 4
Kesiangan. Sudah pukul 8 pagi. Aku langsung terduduk jetika bangun dan kamu sedang mengecek selang infus mama. Aku menunduk dan tersenyum. Lalu aku cepat-cepat mandi. Setelah itu aku duduk di samping tempat tidur mama. Memperhatikan kamu yang sedang mengurusi alat-alat yang digunakan mama. Diam-diam kamu mencuri pandang tanpa sepengetahuan mama. Aku tersenyum saat itu. Rasanya aku ingin tertawa di sampingmu. Agak random memang, tapi memang itu yang aku rasakan.

Day 7
Mama sudah diizinkan pulang. "Kak, bisa tolong anterin gak sampai depan?" aku tidak bisa mendorong kursi roda sendirian, jadi aku minta tolong ke meja suster. "Sama dia aja dek, salah seorang suster menjawab dengan nada agak meledek." Aku tersenyum malu. Kak Yudi pun berdiri untuk mengambil kursi rodanya, aku membuntutinya dari belakang. "Boleh minta nomer hp kamu gak?" tiba-tiba dia menatapku. Entah, kita terkadang tidak terlalu banyak berbicara, lebih banyak menatap tapi seakan mata kita berbicara, mengeluarkan kata-kata. "Hah? Buat apa?" jujur saja, ini hanya alasan klasik untuk jawaban yang aslinya "duh kasih gak ya? Bingung nih." Kita pun tidak melanjutkan omongan itu dan ke kamar mama untuk dinaikan ke kursi roda.

Kak Yudi mendorongnya dengan santai. Melewati ruangan-ruangan rawat inap lainnya dan sebuah taman kecil menuju halaman rumah sakit yang setelah poli-poli klinik. Sepanjang jalan, aku memikirkan permintaanmu. Sampai pada akhirnya, aku tidak memberikan nomor hpku. Aku melihatmu dari kaca jendela mobil, kamu mendorong kursi roda tersebut masuk ke rumah sakit. Entah, sebuah penyesalan muncul di dalam benakku. Ya, mungkin ini adalah perpisahan kita, mungkin perkenalan kita hanya sampai disini. Terima kasih telah mengisi hariku di rumah sakit. Aku jatuh cinta, kak Yudi.

*PS : Jangan menyia-nyiakan kesempatan, gunakanlah kesempatan tersebut sebaik mungkin sebelum kamu menyesal di kemudian hari.

Thanks for reading.