Sabtu, 31 Desember 2016

Puisinya : Tanda Tanya 23 Agustus 2016


Kau termenung sendiri di dalam keramaian
Menunggu suara halus dari motorku yang ku bawa
Tak ada yang tahu di kala itu apa isi hatiku ini
Demi engkau yang kurindu aku harus bertemu
Menyempatkan waktu sebelum tiba masa sibuk kita
Semakin cantiknya dirimu membuatku terbujur kaku
Di dalam hati sejenak termenung
"Kenapa harus ada awan hitam malam ini ?"
"Apakah mereka seolah akan ikut menangisi kepergianmu seperti diriku ?"
"Apa mereka seolah-olah tidak mengizinkanku tuk mengantarmu ?"
"Apakah mereka sengaja agar menjadikanku jauh dan semakin jauh darimu ?"
"Apakah aku tidak pantas bagimu dan seolah mereka peduli padaku ?"
Berbagai pertanyaan begejolak di hati
Yang aku tahu, aku hanyalah mengendarai sebuah kepastian
Ataukah itu semu atau memang aku yang ragu
Mungkin juga kau yang ragu

-Azmi Zaeni-

Puisinya : Kesatria



Bak laksana kesatria kerajaan
Yang menabuh genderang perang
Hatiku menderu-deru
Mempertahankan dan menantikan cintamu

-Azmi Zaeni-

Puisinya : Rembulan dan Dream Catcher

Rembulan menyapa tepat sore tergantikan malam
Cahaya ini tampak jelas di mataku
Karena bulan purnama tidak mungkin temaram
Teringat akan satu hal, satu hal yang begitu penting, yaitu dirimu
Dream Catcher yang ku gantungkan di jendelapun seolah-olah menyapa rembulan dan merasakan angin malam yang masuk ke dalam celah kamar
Seperti menantikan kabar, namun karena status sudah berbeda jadi berkata lain
Tak ada denting jam, yang ada hanyalah suara malam yang kurasa menyapa di setiap sudut kamar
Semoga saja Cahayaku merasakan apa yang kurasakan, melihat seperti apa yang ku lihat malam ini tanpa orang lain
-Azmi Zaeni-

Puisinya : Tanda Tanya 23 Agustus 2016 ?

Kau termenung sendiri di dalam keramaian
Menunggu suara halus dari motorku yang ku bawa
Tak ada yang tau di kala itu apa isi hatiku ini
Demi engkau yang kurindu aku harus bertemu
Menyempatkan waktu sebelum tiba masa sibuk kita
Semakin cantiknya dirimu membuatku terbujur kaku
Di dalam hati sejenak termenung
"Kenapa harus ada awan hitam malam ini?"
"Apakah mereka seolah akan ikut menangisi kepergianmu seperti diriku?"
"Apakah mereka seolah-olah tidak mengizinkanku tuh mengantarmu?"
"Apakah mereka sengaja agar menjadikanku jauh dan semakin jauh darimu?"
"Apakah aku tidak pantas bagimu dan seolah mereka murka padaku?"
Berbagai pertanyaan bergejolak di hati
yang aku tahu, aku hanyalah mengendarai sebuah kepastian
Ataukah itu semu atau memang aku yang ragu
Mungkin juga kau yang ragu.

Azmi Zaeni

Puisinya : Tanda Tanya 23 Agustus 2016 2


Gundukan aspal tebal menerpa kota
Sontak ku berkata maaf padamu
Atas apa yang ketidaksengajaan yang ku lakukan
Kaupun memelukku dari belakang di kala itu
Lalu melepaskannya kembali
Dan hanya memegang dengan menggunakan tangan kanan yang melingkar di badanku
Tanda Tanya terus mengalir
"Masih pantaskah aku mendapatkan pelukanmu ?"
"Kenapa kau melepaskannya, apa karena permintaan maafku ?"
Kemudian akupun melanjutkan cerita
yang ku kemas tanpa duka
Mungkin juga tanpa lara
Tuk menutupi isak tangis kesedihan

-Azmi Zaeni-

Puisinya : Batas


Sendu senyap di perbatasan kota
Antara Depok dan Jakarta
Deru motor dan bisikan kereta
Yang menjadikan sebuah cerita

Cahaya yang kini pergi
Akupun masih menanti
Entah mengapa semua itu terjadi
Akupun tak tahu harus bagaimana menyikapi semua ini

Kembalilah Cahayaku
Kembalilah tuk menemani hari-hariku
Kembalilah agar aku dapat melihat senyum simpul di wajahmu
Kembalilah tuk menemaniku yang sedang jatuh dari keterpurukan

-Azmi Zaeni-

Puisinya : Pengorbanan


Sebuah pengorbanan yang dibalas dengan pilu
Terdapat beribu luka senandung rindu
Aku tak tahu, bagaimana cara meyakinkanmu
Satu hal yang harus kau tau...
Bahwa aku sangat amat mencintai dan menyayangimu

-Azmi Zaeni-

Puisinya : Tanda Tanya 23 Agustus 2016 4


Sampai sudah
Di suatu jalan
Yang kini tak asing lagi bagiku
Ku melihatmu yang cantik nan ayu
Menyerahkan jaket dan helem padaku
Sejenak kau seperti melamun
Entah apa yang sedang kau fikirkan
Akupun tak tahu, karena aku tak pandai menafsirkan
Lalu kuulurkan tangan kananku untuk melambaikan tangan
Sambil mengucap salam perpisahan di malam itu "bye"
Kaupun membalas seperti biasanya
Tersenyum diriku namun tidak hatiku
Karena pertemuan yang singkat itu
Ku perhatikan setiap langkahmu menuju tempat berteduh sambil menuliskan pesan singkat "I LOVE YOU" dan beberapa stiker.
Nan kini aku masih merindu

-Azmi Zaeni-

Puisinya : Terjaga dikala Malam

Sedih rasanya,
saat malam hari
Harus terjaga dua kali
Dari mimpi yang sama
untuk mematikan segelintir Cahaya keabadian
Namun tak kunjung ku dapatkan seperti dahulu
Aku hanya bisa berdoa
Semoga Cahaya yang ku nantikan benar adanya
Dan penantian yang kuharapkan tak sia-sia
semerta-merta

-AZ-

Puisinya : Kamu gendut tapi aku tetep suka. Apakabar dikau disana?

Jangan lupa...
Awali hari dengan basmalah...
Maka semuanya kan baik-baik saja ^u^

Oh iya... "kucing"
Setiap kali kamu ketemu kucing dimanapun dan kapanpun anggaplah aku hadir bersamanya walaupun kucing itu menyebalkan, ngusel-ngusel di kaki kamu, minta makan, cuman lewat, kalo dipanggil nyamperin, atau kalo dipanggil cuman nengok terus jalan lagi, mungkin semua itu cerminan dari diriku hehehe... ya begitulah.
sampai ketemu lagi di origami selanjutnya,
selanjutnya, selanjutnya daaannnn selanjutnya xD

Jenny-

Selasa, 27 Desember 2016

Last but Not Least

Tidak mengerti lagi
Apa makna dari semua ini

Under Control

Aku menunggu
Di stasiun Pondok Cina
Entah, kaki ini tidak ingin beranjak
Wajahku terus melihat pintu masuk

Menunggu seseorang
Yang bahkan mungkin masih lama datangnya
Aku menunggunya
Yang bahkan tidak sadar

Orang yang aku perhatikan dari jauh
Orang yang aku coba enyahkan dari pandangan
Orang yang aku menjadi karmaku
Orang yang bahkan dulu tidak aku hiraukan

Fakuy.
Kamu terlalu suci.

Karena Dia

Sudah terlanjur terbuka
Pintunya
Berkata jujur juga
Sudah terlalu sakit hatinya

Dia sudah masuk
Aku yang memberi izin
Diriku juga sudah terbawa
Salah siapa kalau begitu?

Waktu yang memberi jalan
Akan setiap pertemuan
Mata yang memfasilitasi
Bibir mengulum senyum
Memikat rasa dalam dada

Aku terjebak
Dalam dua rasa
Aku akui
Cintaku bercabang








Sahabat.

Di sudut kereta ibukota
Yang berisikan maba
Termasuk ku dan dia
Dari Kebayoran hingga Pondok Cina

Bergandeng tangan dalam lautan manusia
Berbaur dalam berbagai rasa
Menimbulkan gejolak rasa
Nyaman, hangat, dan bahagia

Nyatanya,
Semua itu hanya khayal kepala
Akan kenangan masa lalu di kereta
Kini semua telah sirna

Jika bisa,
Ingin kuulang berkereta bersama
Ingin ku ulang semua masa dengannya
Tapi aku hanya masuk dalam respon duka kehilangan
Benar, aku kehilangan semua waktu itu

Tidak ada yang dapat kusesali
Setiap orang menjadi pengisi kehidupanku
Membawa warna
Dalam setiap suasananya

Aku seperti orang dalam lirik lagu ini
Engkau, seperti orang dalam lirik lagu itu

Genggaman,
Pelukan,
Aku terlena dalam hangatnya dirimu
Berkali-kali, berhari-hari, berminggu-minggu, harus kusadarkan jiwaku

Engkau,
Tetap menjadi pengisi hariku dan pengalih setiap hal
--untuk masa lalu dan beberapa bagian masa kini
Pesonamu,
Wangimu selalu menjadi pengisi paruku

Orbit

Manusia terbagi menjadi dua kategori; mereka yang saling mengorbiti kehidupan satu sama lain, dan mereka yang hanya bersentuhan dalam satu rentang waktu--kemudian untuk tidak bertemu lagi.

(Dikutip dari Novel Winna Efendi)

Menari bersama Hati

Menari,
Bukan sekedar bergerak tanpa arah
Tetapi, bercengkerama bersama nada
Berdiri dan duduk,
melompat dan diam,
menunduk dan mendongak
Mengikuti irama
Bercinta, mengaitkan hati dan lagu


Menulis

Menulislah seperti tidak ada yang membaca
Menulislah seakan dunia ini milik pribadiku
Menulislah seperti tiada yang tahu
Menulislah untuk mengungkapkan setiap rasa
Menulislah tanpa paksaan

Sabtu, 03 Desember 2016

Biarkan.

Biarkan aku menemanimu
Membimbingmu kembali pada pribadi masa lalu
Biarkan aku menebus kesalahanku
Membiarkanmu merasakan lautan pergaulan baru

Biarkan aku merasuk dalam kehidupanmu
Menjadi pengingat akan kesalahanmu
Biarkan aku kembali padamu
Menjadi sahabatmu

Being the people in this song. Always. Make me crazy. Always.