Kamis, 28 Desember 2017

Pandang Mata

Kita berhenti bertemu raga
Namun sering bertatap mata
Bertemu pandang dengan makna
Menatap nanar dan cinta

Terima kasih atas dua kalimatnya
Tidak suka
Mewakili dan memudahkan dalam semua kejadian nyata
Lebih baik daripada berperang di awal melawan derita

Engkau mudah mengatakan kata
Tidak pernah kau katakan suka tapi langsung tidak suka
Aku bahkan menimbang setiap kata karena sebuah rasa
Tidak pernah ku katakan suka dan tidak suka

Aku masih menyimpan segalanya menjadi rahasia
Terima kasih telah membuatku mudah lupa
Karena dua katamu adalah alasannya
Jawaban tersingkat, padat, jelas, dan penuh makna

Terima kasih yaa...

Ingin berhenti menatap dengan makna
Tapi, aku terlalu peka
Bahasa tubuh adalah hal yang nyata
Aku seperti ingin memberikan hal yang sama............

Senin, 25 Desember 2017

Akhirnya

Terima kasih atas kesabarannya
Menghadapi manusia yang seperti tak punya rasa
Terima kasih atas pengertiannya
Untuk tetap mendengar dan tidak bertanya 

Engkau mungkin tidak sepenuhnya paham
Engkau juga tidak sepenuhnya peduli kecam
Tapi dia tetap menemani dalam diam
Hingga pada akhir aku jatuh dan dia tetap di dalam

Aku berada dalam beberapa kesulitan
Dari mulai adanya kerisihan
Aku membuat berbagai aduan
Lalu berlanjut pada kepasrahan

Aku terlalu lelah membuat harapan
Akan sesuatu yang belum tentu nyata adanya 
Aku menyerah pada sebuah pemahaman
Akan kepasrahan sebuah rasa

Waktu berlalu begitu cepat
Atau hal tersebut memang hanya sebentar?
Waktu dan rasa memang selalu meluncur dengan pesat 
Hingga berakhir pada rasa sakit dan perih yang tidak sebentar

Pada akhirnya kita berhenti bertanya
Kita juga berhenti bersua 
Pada akhirnya aku kembali padanya
Seseorang yang hampir selalu ada

Ceritaku dengannya sudah hampir tiada
Bahasaku dengannya sudah tidak ada
Hatiku sudah tidak memiliki rasa
Hariku sudah selesai dengannya

Terima kasih telah hadir di masa lalu
Terima kasih telah menemani masa ini
Semoga selalu menemani hingga masa depan
Tetaplah seperti ini, selalu kucari dan kutemui

VH. 

Tenda Biru

Selesai UAS rasanya lega banget, padahal belum tentu bakalan lolos nilainya. Oke, lolos bukan lulus. Bisa lolos aja udah syukur :)

Jadi, ini mau cerita aja sih. Biasanya kalau istirahat atau balik kuliah, gue sama temen-temen gue makannya di kantin RIK. Tapi, beberapa hari yang lalu kita diajak Mamang buat makan di Pocin alias Pondok Cina. Katanya dia enak dan murah. Waktu diajak makan ini gue lagi agak gak engeh karena lagi mau ngumpulin absen kelas kalau gak salah. Dan L, Zz, sm Sipa juga mau ngurusin sesuatu. Alhasil kita gak engeh semua kalau diajak makan ke Pocin. Kita baru engeh pas udah ngumpul di kantin dan nyariin Dinda. 

L : "Dinda mana?"
S : "Gak tau, coba tlp"
*nlp Dinda*
I : "Halo"
D : "Halo"
I : "Lay, dimana?"
D : "Di Pocin"
I : "Lah anjir kok di Pocin"
D : "Lah tadi katanya mo makan di Pocin, gue sm Mamang nih."
I : "Yah, td ngurusin yg lain-lain dulu. Yaudah kita makan di RIK dah"
*tlp ditutup*

Besokannya, kita sepakat buat makan di Pocin. Pertama kali gue makan disini, gue kaget, kok ada tempat makan yang lumayan enak disini. Padahal gue suka lewat Pocin, tapi gak pernah engeh. Suka sama tempatnya dari pertama ke sini karena adem, terus gak terlalu rame gitu, gak banyak pengamen juga, sama makanannya juga enak ternyata dan murah juga hehe. Tempatnya bukan tempat mewah, tapi kaya tempat makan biasa tapi gue pewe banget di sini. Alhasil, gue jadi sering minta makan ke sini sama temen-temen. Pewe banget di sini. 

Waktu itu gue gak tau ini tempat namanya apa, karena sejujurnya ini bukan di daerah Pocin persis, tapi agak masuk pedalaman gitu. Terus pas lagi ditlp Zz gue nanya ini dimana dan kata seorang teman, tenda biru. 



Kamis, 21 Desember 2017

Waktu Kita

Bisakah kita memiliki waktu kita lagi?
Seperti dahulu dalam blog pertamaku tentangmu 
Kita mengobrol di setiap sore
Atau saat kita bertemu kembali 
Kita mengobrol di akhir pekan

Bisakah aku mendapatkan waktumu lagi?
Apakah teleponmu hanya untuk awal saja?
Mungkinkah itu hanya sebuah rasa penasaran?
Hingga berakhir dengan berbagai khayalan 

Sederet panggilan darimu berjajar rapih
Mengisi memori panggilan masuk telepon
Bisakah seperti itu lagi?
Mendengar obrolan yang terkadang tidak jelas arahnya
Diam dan berbicara lagi
Mendengarmu bernyanyi dan berdendang

Apakah hanya untuk di awal saja?
Aku... rindu.

VH.

Rabu, 20 Desember 2017

Cerita dari Teman dan Pengalaman

Siang ini saya mengobrol dengan salah seorang teman kuliah. Sebut saja namanya Mawar. (Kasian yang namanya beneran Mawar, jadi inisial untuk orang kurang baik melulu:( ).

Histori sebelumnya, Mawar pernah menjalin hubungan dengan lelaki namanya X. Hubungannya sudah berjalan sekian tahun. Lalu, saat sedang melakukan kegiatan kampus, Mawar bertemu dengan seorang lelaki bernama Y. Mawar langsung suka dari pertama kali melihat. Lalu, Mawar dan Y membuat hubungan pertemanan. Hubungan pertemanan tersebut lama-lama menggunakan perasaan, baik Mawar maupun Y. Pada masa ini, Mawar dan X masih berpacaran. Hingga, X mengetahui tentang hubungan Mawar dan Y. Lalu, Mawar dan X putus. Setelah itu, Mawar pacaran dengan Y.

Saat ini, Mawar masih bersama Y. Lalu, Mawar baru saja bergabung dengan suatu kepanitiaan. Mawar mengenal seorang lelaki bernama Z. Awalnya, Mawar biasa saja. Saat Z mengechat Mawar, dia menceritakan pada pacarnya, si Y kalau si Z suka ngechat-ngechat. Namun, semakin lama, semakin sering ia bertemu. Mulai dari belajar bersama dari malam hingga pagi di sebuah kedai kopi, menemani makan, dan hal-hal lain yang membuat intensitas temu semakin sering membuat Mawar mulai timbul perasaan.

Saat perasaan itu mulai timbul, Mawar tidak lagi pernah melaporkan ke Y tentang apa chat dari Z untuk Mawar. Saya langsung mengatakan sebuah tebakan, "pasti kalau laki lu iseng nanya si Z, muka lu sok-sokan biasa aja!" Mawar menjawab, "Iya, bener banget! Hahahaha." Lalu, saya teruskan, "bahkan lu pasti langsung nanyain topik yang lain atau langsung ngalihin gitu." Mawar menjawab lagi, "Iyaaa!!!!"

Dari situ dapat disimpulkan, wanita yang masih mengadu, itu berarti ia risih dan meminta kepedulian. Disaat wanita sudah tidak mempermasalahkan alias lelah, disitu sudah ada apa-apa.

Selasa, 19 Desember 2017

PASSWORD

Terkadang kita bertanya
Terkadang kita menerka
Bahkan terkadang kita memaksa

Sebuah kata yang dapat membuka jendela
Ataupun frasa yang dapat mengubah dunia
Terlebih karenanya dapat menemukan arti cinta

Dalam hati ini selalu bertanya
Apakah dia akan memberikannya
Karena aku tak kuasa menahannya

Andaikan saja dia bersedia
Kan kuyakinkan padanya
Bahwa password ini miliknya

Dibuat oleh S
Jakarta, 19 Desember 2017

Kamis, 14 Desember 2017

:(

Sesungguhnya saya butuh menulis sebagai healing therapy. Sungguh, saya tidak tau ingin menulis apa. 

Waktu terus merangkak maju 
Menciptakan cerita-cerita baru
Ada kebahagiaan dan haru 
Ada kesedihan dan sedu

Sebuah tubuh terus melangkah
Menerjang hutan, menjelajah
Mata air mengalir menghidupkan
Ditenggak menjadi duri di tenggorokan 

Pemuda terlena dalam khayalan cinta
Wanita terhasut oleh sang masa
Dunia dan seisinya 
Memang sangat sampah. 

sakit banget ya Tuhan........................................................................................................................


Minggu, 10 Desember 2017

Hampir Berhenti

Sepertinya waktu kita hampir habis
Aku sama-sama hampir berhenti pada kedua sisi
Dia berhenti bertanya seperti orang bermain pianis
Aku berhenti mengganggu orang di ujung sisi

Waktu telah mengubah orang-orang
Seiring orang-orang mengubah waktu

Aku menyerah dalam kehidupan
Membiarkan arus dunia membawa
Menjelajahi takdir masa depan
Pasrah terhadap hantaman realita

Aku muak dengan sandiwara
Aku muak dengan mereka
Aku muak dengan cinta
Aku muak dengan rasa

Aku...
menyerah kepadanya dan dia.

Hanya Sebatas Garis

Dunia memang paling hebat dalam menyusun rencana, Tuhanku pasti tahu mana yang terbaik untukku. Sempat aku masuk dalam tahap denial seperti dalam respon berduka kehilangan, lalu anger, bargaining, depression, hingga acceptance. Semua tahap itu butuh waktu yang lama, berupa pergolakan batin yang luar biasa, tangis dan keberanian. Hingga saya masuk dalam tahap acceptance, semua hal yang saya accept menjadi lenyap. Jarak antara kebahagiaan dan kesedihan ternyata hanya sebatas garis. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Supaya ada faedahnya sedikit postingan ini, ku kasih sedikit ilmu. 
Teori Kubler Ross - Respon Berduka Kehilangan
Source: 
https://en.wikipedia.org/wiki/Elisabeth_Kübler-Ross
https://www.slideshare.net/iphee/dying-death
Berduka merupakan respon fisik dan psikologis individu yang mengalami kehilangan. Berduka kehilangan akan melalui 5 tahap tersebut umumnya, namun bisa juga dari tahap 1 langsung ke tahap 5. Dalam respon berduka kehilangan sebenarnya yang paling terpenting ialah tahap 5, acceptance

Saya berikan contoh kasus.
Seorang Ibu tinggal di sebuah rumah di daerah Bogor. Ibu tersebut sedang mencuci lalu datanglah orang mengetuk pintu rumahnya. Ibu itu membuka pintunya dan mempersilahkan masuk. Namun, tamunya menolak halus dan mengatakan bahwa suami Ibu tersebut sudah meninggal karena kecelakaan. 

Bagaimana respon Ibu tersebut? Apakah jawabannya "oh iya, makasih ya informasinya"? Tentu tidak, psikologisnya akan shock mendengar kabar kehilangan tersebut dan akan melalui tahap 1, yaitu : 

1. Denial atau penyangkalan : Tidak mungkin suami saya meninggal!

Lalu bagaimana seharusnya respon tamu tersebut? Maklumi saja, Ibu itu sedang shock karena informasi tersebut. Baiknya, tetap diberitahukan kenyataan lainnya. "Benar Bu, sekarang suami Ibu ada di RS XXX." Informasi tambahan tersebut berupa lokasi. 

2. Anger atau marah : Pasti gara-gara dokter atau perawatnya nih makanya suami saya jadi meninggal! (ini sering banget terjadi kayanya, yang disalahin tenaga kesehatannya :')) atau respon lainnya berupa Siapa sih penabraknya?!!!

Yang ini gak perlu banyak direspon. Intinya di bawa aja ke lokasi suaminya. Omongan orang yang lagi dalam respon berduka kehilangan gak usah banyak dimasukin ke hati karena ngaco. omongannya. 

3. Bargaining atau tawar-menawar : Coba tadi saya gak ngizinin suami saya pergi. 
Isinya berupa penyesalan kepada hal-hal yang telah dilakukan di masa lalu. 

4. Depression atau depresi : Saya gak bisa hidup tanpa suami saya. Nanti gimana hidup saya? Nanti gimana makan anak-anak saya? Nanti, nanti, nanti.. 
Isinya berupa ketakutan akan masa depan. 
Fase 4 ini tidak boleh terlalu lama, karena dapat berujung pada masalah gangguan jiwa. Diharapkan cepat maju ke fase 5. 

5. Acceptance atau penerimaan : Saya bisa hidup sendiri. Badan saya masih sehat, saya bisa usaha kecil-kecilan dengan modal dari warisan suami saya untuk menghidupi anak saya. 
Fase 5 ialah tahap akhir dari respon berduka kehilangan yang isinya penerimaan dan penemuan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. 

Berduka kehilangan tidak hanya dapat terjadi akibat kehilangan orang (meninggal, ditinggal pacar), tapi juga dapat terjadi karena kehilangan waktu (menunggu). Contoh lain dari kehilangan yaitu kehilangan benda (laptop terjatuh), kehilangan jabatan (PHK), kehilangan harga diri (pemerkosaan), dan lain-lain.