Rabu, 26 Juli 2017

Refleksi Masa Lalu

Terkadang, merasa seperti mengenalnya. Namun, itu semua hanya perasaan saja, belum tentu benar belum tentu salah. Hingga aku harus mencaritahu sendiri. Dia pendiam tapi terkadang tidak juga. Dirinya ialah orang yang pernah terjatuh ke jurang yang lumayan dalam, tetapi bisa bangkit lagi. Entah itu karena usahanya atau karena usaha orang-orang di sekelilingnya. Bagaimanapun setiap manusia sepertinya butuh penopang. Aku pernah berada dalam posisinya, hanya saja musibahnya lebih berat tapi kurang lebih tema masalahnya sama. Lalu apa yang membuatku bisa sembuh? Jawabannya adalah waktu.

Pada akhirnya, waktu yang akan mendatangkan dan menghilangkan segala hal. Tentunya waktu yang telah diatur oleh Nya. Selain itu, apalagi? Emosi yang ditumpahkan dan sahabat yang senantiasa menemani. Menahan kesedihan hanya menambah beban hati. Menumpahkan segala emosi sedih dan kesal akan membuat lebih lega, tentunya ditumpahkan dengan hal yang masih masuk akal. Memiliki sahabat yang setia menemani pun membuat diri merasa tidak benar-benar sendiri saat sedang ada masalah. Walau saat bercerita tidak sepenuhnya didengarkan dan diperhatikan. Tapi dengan dirinya hadir dan membiarkanku menangis saja sudah lebih dari cukup.

Selain tiga hal tadi, ada satu hal yang menjadi andalan orang-orang tapi bukan jadi andalanku. Memindahkan perasaan alias move on. Untuk diriku, hal itu malah sangat tidak membantu. Kerjaanku jadi sangat mudah memindah-mindahkan rasa. Mungkin tidak harus memaksakan diri untuk move on, tapi mencari penopang. Orang yang bisa menjadi teman hingga lebih untuk menemani dan mendengarkan segala keluh kesah kesedihan dan kebahagiaan.

Setelah membaca beberapa postingannya, saya jadi teringat dengan diri saya di masa lalu. Pada akhirnya, yang harus membuat niat untuk berhenti meratapi ialah diri sendiri. Niat yang kuat dari dalam hati bersamaan dengan usaha dan doa. Seperti kalimat di akhir paragraf pertama, semua hanya butuh waktu.

VH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar