Minggu, 24 Mei 2015

seperti, kasih yang tak sampai


Halo. Kayanya ini blog lebih cocok dibilang diary deh hehe. Kenapa? Karena disaat gue lagi bete dan semacamnya, gue pasti larinya kesini. Kebaperan dimulai waktu lagi jam bahasa Indonesia, disalah satu soal ada option jawaban yang berisi puisi di atas. Dan dijelasin pula sama guru gue. Pas pertama kali gue denger, feel gue langsung bilang itu puisi bagus. Dan feel gue langsung mengartikan itu puisi sedih. 

Kata-kata dari Bpk. Supardi Djoko Darmono sangat mewakili saya saat ini. Gue mau bikin perumpamaan aja. Jadi, ada seekor kupu-kupu di taman bunga yang bernama Nila. Nila hidup dengan damai, tapi suatu ketika taman bunganya kedatangan tamu tidak diundang, kerajaan kadal bermigrasi. Keluarga dan teman-teman Nila pun menjadi sajian lezat bagi bangsa kadal. Nila terbang ke rumah untuk mengabarkan orang tuanya, dan terbelalaklah mata Nila ketika ia melihat ayah dan ibunya sudah berada di lidah kadal. Orang tua Nila meneriakkan Nila untuk tidak mendekat dan berlindung di taman bunga daerah timur. 

Setelah cukup lama terdiam di awang-awang karena shock, Nila pun mengikuti perintah orang tuanya. Hati Nila sangat-sangat kalut, Nila terbang dengan rasa tak berdaya, energinya terserap kesedihan. Nila terus terbang menjauhi matahari, menjauh, dan menjauh. Hingga gelap menyelubungi isi bumi. 

Semalam penuh Nila terbang dan disaat fajar menyingsing Nila melihat dikejauhan ada sebiah taman. Nila semakin mempercepat kepakan sayapnya. 

Nila membuka mata, ia melihat seekor kupu-kupu jantan sedang duduk di sebelahnya. Nila pun langsung terlonjak karena kaget. Ia bingung. Sepertinya si kupu-kupu jantan paham kenapa Nila kaget. Lalu ia memperkenalkan diri, namanya Ruga dan dia menceritakan bahwa tadi pagi Nila pingsan dan Ruga hanya berniat menolongnya. Nila sangat berterima kasih kepada Ruga. Ia pun menjelaskan maksud kedatangannya ke taman bunga timur ini. 

Ruga mengerti dengan penjelasan Nila. Ia pun mengantar Nila ke rumah ratu kupu-kupu. Nila mengikuti dari belakang, cahaya mentari tampak menyorot muka Rugo, membuat raut mukanya bersinar dengan taburan jingga. Hati Nila meletup seperti ada percikan rasa suka, pipinya memerah melihat keindahan pagi ini. 

Sesampai di rumah ratu kupu-kupu, Nila menjelaskan semua. Dan ratu kupu-kupu dengan senang hati menerima Nila. Nila pun menjadi anggota kerajaan kupu-kupu taman bunga timur. 

Di malam hari, Nila memikirkan kejadian tadi pagi, disaat ia memandang wajah Rugo, ia menrasakan cinta. Tetapi, sepertinya ia tidak pantas jika jatuh cinta dengan Rugo. Sepertinya ia harus menyimpan rasanya dan memaksa untuk membuat arti dari rasa itu menjadi berarti rasa kagum. Hanya kagum. 

Hari terus berjalan, beberapa hari ini Nila diajarkan dan ditemani Rugo. Tapi hari ini Rugo tidak datang. Nila menjalani hari seperti biasa, terbang mencari bunga-bunga, menghisap gula-gula yang berada di benang sari, membantu para bunga melakukan penyerbukan. 

Hari kedua, hari ketiga, hari keempat, Rugo tidak pernah datang kembali. Hingga Nila dengar kabar bahwa Rugo sedang berperang ke selatan. Hati Nila langsung was-was, takut kalau Rugo kenapa-kenapa ketika berperang. Pikiran Nila hanya rindu Rugo dan mendoakan supaya selamat. 

Hingga pada suatu sore, ketika Nila sedang meloncat-loncat di atas bunga-bunga yang bermekaran, dari kejauhan ia melihat Rugo. Ia melihat Rugo jalan menuju istana ratu. Matanya menatapnya lekat-lekat, Rugo terlihat buru-buru. Tetapi disaat itu Nila sadar, rasanya masih sama seperti dulu, yaitu sebuah rasa cinta. Cinta yang tidak bisa ia ucapkan, yang hanya bisa ia pendam sendiri. Cinta yang tidak akan bisa menyatukan. Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu yang sudah menjadi abu, seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar