Minggu, 16 Oktober 2022

Menurut

Aku teringat dengan pembicaraanku dengan salah satu teman kantorku di hari Jumat lalu. Saat itu aku sedang menyelesaikan daily task puzzle di laman www.chess.com. 

Saat itu temanku ingin meminjam stapler-ku, sebut saja namanya Lio (bukan nama asli). 
Lio: "Fa, minjem stapler dong."
Aku: "Tuh," sambil menunjuk ke arah tempat stapler di depanku.
Lio: "Fa, pinjem stapler tolong."
Aku: "Tuh," masih sama, sambil menunjuk ke arah tempat stapler di depanku.
Lio: "Ya Allah, Fa, tolong ambilin, kan gue udah minta tolong dari tadi."
Aku: "Itu, ya Allah tinggal ngambil doang," jawabku.
Lio: "Ya ambilin, Fa, kan barang lu."
Ini aku agak kesel karena barangnya terpampang nyata di atas meja, tidak ada di dalam tas ataupun laci-laci. Dia tinggal ambil aja, gak perlu buka-buka ini-itu. Dia juga duduknya di belakangku dan sudah menghadap ke arahku, tinggal ambil aja gitu loh, apa susahnya sih. Dia juga kan udah minta izin ke aku dan udah aku kasih izin. 

Akhirnya aku ambilin karena malas dengar dia ngoceh. 
Aku: "Nih," sambil menyerahkan stapler-nya.

Lalu, aku kembali fokus ke layar komputerku. Dan, dia tiba-tiba ngoceh lagi.
Lio: "Lu tuh harus nurut sama suami."
Otomatis aku langsung refleks nengok ke belakang, terus jawab pakai nada tinggi. 
Aku: "Eh, lu bukan suami gue ye!"
Lalu, orang-orang yang jam istirahatnya tetap di kantor langsung menengok ke arahku dan Lio. Koordinatorku yang duduk di sebelah Lio langsung melihat ke sekeliling orang di kantor lalu minta maaf. 
Koordinator: "Maaf ya guys, ini perdebatan rumah tangga."
Aku: "Maaf ya kakak-kakak."

Lio: "Maksudnya kalau nanti lu punya suami, Fa, jangan kaya gitu, lu harus nurut," sambung Lio menjawab ucapanku tadi. 
Aku: "Ya, lo kan bukan suami gue!"
Lio: "Ya kan udah gue klarifikasi, kalau nanti lo punya suami, lo jadi istri, lo harus nurut."
Gue dalem hati: WTF!

Gue kesel banget di sini sama perintah dia buat nurut sama suami.
1. Dia bukan suami gue. Kalimat dia jelas-jelas udah salah dari awal.
2. Itu barang yang dia minta bener-bener depan matanya, gue rasa kalaupun gue punya suami, suami gue kagak lumpuh ya sampe ngambil barang yang ada di depan mata yang gak harus jalan dan masih bisa dia gapai aja minta ambilin. 
3. Alih-alih nurut, gue lebih suka bicara dan diskusi dengan pasangan untuk mencari solusi, gak serta-merta nurut ini-itu. 
4. Gue paham kalau seorang istri harus nurut sama suami. Cuma, dengan orang tua yang udah mengurus dan mengasuh gue dari gue bayi aja, gue ada gak nurutnya. Apalagi sama suami yang baru aja mendampingi gue di usia dewasa gue. Cuma, gak gitu juga konsepnya. Gue akan berusaha mengikuti apa yang gue ingin ikuti, dan kalau ada hal-hal yang gue keberatan ya gue bakal bilang. Pasti akan ada aja pertengkaran ini itu ataupun diskusi ini itu, gak serta merta gue manut-manut aja gitu loh. 

Sekian kejadian Jumat kemarin dan pemikiran gue yang jauh kemana-mana. 

Jakarta, 16 Oktober 2022
Jam 23.53 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar