Minggu, 10 Desember 2017

Hanya Sebatas Garis

Dunia memang paling hebat dalam menyusun rencana, Tuhanku pasti tahu mana yang terbaik untukku. Sempat aku masuk dalam tahap denial seperti dalam respon berduka kehilangan, lalu anger, bargaining, depression, hingga acceptance. Semua tahap itu butuh waktu yang lama, berupa pergolakan batin yang luar biasa, tangis dan keberanian. Hingga saya masuk dalam tahap acceptance, semua hal yang saya accept menjadi lenyap. Jarak antara kebahagiaan dan kesedihan ternyata hanya sebatas garis. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Supaya ada faedahnya sedikit postingan ini, ku kasih sedikit ilmu. 
Teori Kubler Ross - Respon Berduka Kehilangan
Source: 
https://en.wikipedia.org/wiki/Elisabeth_Kübler-Ross
https://www.slideshare.net/iphee/dying-death
Berduka merupakan respon fisik dan psikologis individu yang mengalami kehilangan. Berduka kehilangan akan melalui 5 tahap tersebut umumnya, namun bisa juga dari tahap 1 langsung ke tahap 5. Dalam respon berduka kehilangan sebenarnya yang paling terpenting ialah tahap 5, acceptance

Saya berikan contoh kasus.
Seorang Ibu tinggal di sebuah rumah di daerah Bogor. Ibu tersebut sedang mencuci lalu datanglah orang mengetuk pintu rumahnya. Ibu itu membuka pintunya dan mempersilahkan masuk. Namun, tamunya menolak halus dan mengatakan bahwa suami Ibu tersebut sudah meninggal karena kecelakaan. 

Bagaimana respon Ibu tersebut? Apakah jawabannya "oh iya, makasih ya informasinya"? Tentu tidak, psikologisnya akan shock mendengar kabar kehilangan tersebut dan akan melalui tahap 1, yaitu : 

1. Denial atau penyangkalan : Tidak mungkin suami saya meninggal!

Lalu bagaimana seharusnya respon tamu tersebut? Maklumi saja, Ibu itu sedang shock karena informasi tersebut. Baiknya, tetap diberitahukan kenyataan lainnya. "Benar Bu, sekarang suami Ibu ada di RS XXX." Informasi tambahan tersebut berupa lokasi. 

2. Anger atau marah : Pasti gara-gara dokter atau perawatnya nih makanya suami saya jadi meninggal! (ini sering banget terjadi kayanya, yang disalahin tenaga kesehatannya :')) atau respon lainnya berupa Siapa sih penabraknya?!!!

Yang ini gak perlu banyak direspon. Intinya di bawa aja ke lokasi suaminya. Omongan orang yang lagi dalam respon berduka kehilangan gak usah banyak dimasukin ke hati karena ngaco. omongannya. 

3. Bargaining atau tawar-menawar : Coba tadi saya gak ngizinin suami saya pergi. 
Isinya berupa penyesalan kepada hal-hal yang telah dilakukan di masa lalu. 

4. Depression atau depresi : Saya gak bisa hidup tanpa suami saya. Nanti gimana hidup saya? Nanti gimana makan anak-anak saya? Nanti, nanti, nanti.. 
Isinya berupa ketakutan akan masa depan. 
Fase 4 ini tidak boleh terlalu lama, karena dapat berujung pada masalah gangguan jiwa. Diharapkan cepat maju ke fase 5. 

5. Acceptance atau penerimaan : Saya bisa hidup sendiri. Badan saya masih sehat, saya bisa usaha kecil-kecilan dengan modal dari warisan suami saya untuk menghidupi anak saya. 
Fase 5 ialah tahap akhir dari respon berduka kehilangan yang isinya penerimaan dan penemuan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. 

Berduka kehilangan tidak hanya dapat terjadi akibat kehilangan orang (meninggal, ditinggal pacar), tapi juga dapat terjadi karena kehilangan waktu (menunggu). Contoh lain dari kehilangan yaitu kehilangan benda (laptop terjatuh), kehilangan jabatan (PHK), kehilangan harga diri (pemerkosaan), dan lain-lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar